Menjadi fasilitator yang baik memang sulit, kiranya itu alasan Wahyudin Sumpeno memberikan judul bukunya "Menjadi Fasilitator Genius". Alasan awal saya memilih buku ini di toko buku adalah memperkaya khasanah fasilitasi diri yang lemah ini.
Fasilitator memang bukan pekerjaan mudah. Toh begitu, penulis telah berusaha menjabarkannya secara lengkap serta menggabungkan teori dan pengalamannya di lapangan. Dimensi antara hasil indikator yang hendak dicapai dengan kenyataan di lapangan selalu menjadi tantangan utama para fasilitator dimana-pun ia bekerja tampaknya. Terlebih tiap individu fasilitator selalu membawa "nilai" diri yang dipengaruhi sejarah hidupnya.
Pemaparan mengenai teknik-teknik pendampingan masyarakat dan ilmu berkomunikasi disertai kesadaran akan selisih/ gap antara minat dan kebutuhan masyarakat dengan tujuan dari proyek selalu menjadi persoalan klasik untuk profesi fasilitator. Dilema tersebut dapat dipaparkan sbb;
- Project driven mempunyai konsekuensi hanya berlangsung sementara, tidak berkelanjutan, hanya menguntungkan beberapa pihak, dan timbulnya ketegangan sosial dari pihak masyarakat yang tidak mendapat kue pembangunan ataupun menjadi korban suatu proyek.
- Project interest mempunyai konsekuensi proyek tidak tepat/cocok dengan indikator ataupun ToR seorang fasilitator dalam mengerjakkan sesuai keinginan pemberi dana/hibah/bantuan, tetapi dirasakan sangat dibutuhkan masyarakat sehingga tingkat partisipasi dan kontribusi dari masyarakat akan maksimal serta tercipta keberlanjutan/sustainable.
Berdasarkan paparan diatas maka penulis buku mencantumkan ilmu komunikasi yang efektif dari teori-teori yang tersedia oleh akademisi (asing) sehingga dapat menjembatani dilematika dari perihal tersebut, untuk pemberi kerja ataupun kepada masyarakat. Tampaknya tantangan ini selalu timbul dalam proyek-proyek pembangunan ke depan. Walaupun kesadarakan akan komunikasi yang efektif dilapangan. Konflik external dan internal suatu kelompok tidak dapat dihindari karena perbedaan pendapat dan perspektif selalu terjadi saat menyikapi suatu fenomena.
Manajemen konflik adalah sesuatu yang harus dikuasai seorang fasilitator untuk mempersiapkan hal terburuk dengan berlandaskan sikap optimis bahwasanya konflik yang terjadi adalah input dalam pengembangan dinamika kelompok di masa depan. Perlu jiwa kepemimpinan yang dapat dipercaya, transparan dan akuntabilitasnya diakui oleh setiap elemen organisasi. Sehingga konflik digunakan sebagai pencarian solusi dari masalah yang ada, bukan digunakan sebagai ajang hujat menghujat untuk menjatuhkan salah satu pihak.
Pengalaman pribadi menjadi fasilitator yang baik dan benar bisa dikatakan mustahil, karena kebaikan dan kebenaran selalu berdasarkan perspektif individu atau golongan dengan kepentingan tertentu sehingga anda tidak mungkin mendapatkan hal tersebut di buku ini. Tetapi menyampaikan informasi dengan cara-cara efektif dan dipahami masyarakat serta memiliki kesadaran akan pengembangan proyek ataupun hambatan dalam proses fasilitasi dipaparkan dengan baik dalam buku ini.
Sedikit kekurangan yang saya rasakan mungkin studi case dari pengalaman penulis secara utuh, karena contoh yang diberikan terpotong-potong di setiap bab.
Dibawah saya sertakan link pdf keseluruhan buku ini, ada baiknya apabila anda merasa buku tersebut berguna. Mampirlah ke toko buku untuk menjadikannya salah satu koleksi anda.
Ingat dengan membeli buku tersebut anda turut serta dalam mengembangkan para intelek muda serta penerbitan Indonesia, heheheh..........
http://relawandesa.files.wordpress.com/2008/06/fasiltator-jenius.pdf