Perjalanan hidup manusia selalu berliku, pernahkah anda merasa terperangkap dan terjebak dalam labirinnya?
Mengumpulkan seluruh asa untuk menemukan jalan kenyamanan dan ketika hal tersebut terenggut dari anda, maka sekuat tenaga anda akan membentengi diri tetapi bila pertahanan diri terakhir-pun tertembus. Rasionalitas tergantikan emosi untuk menyari kesalahan sebagai bentuk refleksi diri, tentu anda akan merasa telah melakukan segalanya dengan benar dan ketidaknyamanan/kegagalan tersebut disebabkan oleh hal/orang lain.
Menyalahkan segala hal yang dekat dengan anda, serta berseteru dalam segala sesuatu termasuk dengan sang Pencipta. Tapi jalan keluar akan kenyamanan hidup dari kegagalan tersebut adalah menerima dan memaafkan diri sendiri sehingga mampu membuka lembaran hidup yang baru dengan ikhlas sehingga metafor diri menjadi jati diri dan karakter baru anda dan mengguratkan kebijaksanaan hidup anda.

Kiranya itu yang hendak disampaikan penulis buku "
the compass" yang baru selesai saya baca.
Karakter Jonathan digambarkan terkena depresi berat, setelah mengetahui kecelakaan hebat yang menyebabkan istrinya koma, dan putrinya meninggal. Mengetahui disebabkan oleh kegiatan SMS saat menyopir istrinya, semakin mengoyak hatinya saat kepedihan akan kehilangan belum tuntas.
Kehidupan tanpa 'makna' dijalani dengna melepaskan rutinitas tanggungjawab sehari-hari karena toh tujuan hidupnya seakan lenyap. Perjalanan tanpa tujuan menyebabkan Jonathan menemukan petunjuk-petunjuk malaikat melalui individu-individu istimewa, untuk membawa dirinya kembali ke fitrah dengan mengikhlaskan dan memaafkan dirinya.
Layaknya kompas kehidupan tiap orang tentunya akan bermakna bilamana anda mengetahui arah dan tujuan serta posisi anda saat ini.
Ketahui Arahmu...
info lebih; www.thecompass.tv